Cara Sintesis Protein dan Pentingnya Bagi Tubuh

Cara Sintesis Protein dan Peran Pentingnya dalam Tubuh


Cara Sintesis Protein


I. Pendahuluan

A. Pengenalan tentang Protein

Protein merupakan makromolekul yang terdiri dari rantai panjang asam amino. Mereka adalah komponen penting dalam tubuh manusia, berperan dalam berbagai fungsi seperti membangun dan memperbaiki jaringan tubuh, mengatur proses metabolik, serta sebagai enzim dan hormon. Sebagai contoh, enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi kimia dalam tubuh umumnya terbuat dari protein.

Protein juga merupakan salah satu dari tiga makronutrien penting bersama dengan karbohidrat dan lemak. Dalam diet manusia, protein diperoleh melalui makanan seperti daging, ikan, telur, susu, kacang-kacangan, dan produk kedelai.

B. Pentingnya Sintesis Protein dalam Tubuh Manusia

Sintesis protein adalah proses di mana sel-sel dalam tubuh manusia membuat protein baru dari asam amino. Proses ini terjadi secara terus-menerus dalam tubuh untuk memperbaiki jaringan yang rusak, membentuk sel baru, dan menjaga keseimbangan metabolisme. Protein yang disintesis dalam tubuh juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan fungsional tubuh, seperti sintesis hormon, enzim, dan protein struktural.

C. Tujuan Artikel

  • Tujuan artikel ini adalah memberikan pemahaman mendalam tentang proses sintesis protein, termasuk langkah-langkahnya, peran asam amino, faktor-faktor yang memengaruhinya, serta pentingnya sintesis protein dalam menjaga kesehatan tubuh.
  • Artikel ini juga akan memberikan strategi praktis untuk meningkatkan sintesis protein dalam tubuh melalui pola makan sehat, olahraga, dan gaya hidup yang seimbang.

II. Apa Itu Sintesis Protein?

Protein adalah salah satu molekul paling penting dalam tubuh manusia, bertanggung jawab atas berbagai fungsi yang vital. Namun, bagaimana protein diproduksi dalam tubuh manusia? Proses ini dikenal sebagai sintesis protein, yang merupakan serangkaian langkah kompleks yang terjadi di dalam sel-sel tubuh. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi proses sintesis protein dengan detail, termasuk transkripsi dan translasi, serta peran penting RNA dalam proses ini.

A. Definisi Sintesis Protein

Sintesis protein adalah proses di mana sel-sel tubuh membuat protein baru dari asam amino. Proses ini terjadi di dalam ribosom, organel sel yang berfungsi sebagai tempat produksi protein. Proses sintesis protein melibatkan dua tahapan utama: transkripsi dan translasi.

B. Proses Transkripsi

Transkripsi adalah langkah pertama dalam sintesis protein, di mana informasi genetik dalam DNA disalin menjadi molekul RNA. Proses ini terjadi di inti sel. Enzim RNA polimerase bertanggung jawab atas pembentukan molekul RNA dengan menggunakan DNA sebagai cetakan.

Transkripsi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu inisiasi, elongasi, dan terminasi. Tahap inisiasi dimulai ketika RNA polimerase mengenali dan berikatan dengan daerah khusus pada DNA yang disebut promoter. Kemudian, RNA polimerase mulai membuka untai DNA dan memulai sintesis RNA. Selama tahap elongasi, RNA polimerase meluncur sepanjang untai DNA, membaca kode genetik, dan membuat molekul RNA yang komplementer. Terakhir, tahap terminasi terjadi ketika RNA polimerase mencapai sekuen khusus pada DNA yang menyebabkan berhentinya transkripsi dan pelepasan molekul RNA.

C. Proses Translasi

Setelah RNA telah disintesis, molekul tersebut keluar dari inti sel menuju ribosom di sitoplasma, tempat terjadinya translasi. Translasi adalah proses di mana molekul RNA diubah menjadi rantai polipeptida, yaitu rantai panjang asam amino yang membentuk protein.

Proses translasi melibatkan ribosom dan tRNA (transfer RNA). Ribosom terdiri dari dua subunit, yaitu subunit kecil dan subunit besar, yang bekerja sama dalam membaca molekul RNA dan menyintesis protein. tRNA berfungsi sebagai pembawa asam amino, membawa asam amino ke ribosom sesuai dengan kode genetik yang terdapat pada molekul RNA.

Translasi terdiri dari tiga tahapan utama: inisiasi, elongasi, dan terminasi. Tahap inisiasi dimulai ketika ribosom mengenali sekuen khusus pada ujung 5' molekul RNA, yang dikenal sebagai kodon start atau AUG. Kemudian, ribosom membentuk kompleks inisiasi dengan tRNA yang membawa asam amino pertama. Selama tahap elongasi, ribosom membaca molekul RNA sepanjang kodon demi kodon dan menambahkan asam amino baru ke ujung C-terminus rantai polipeptida. Tahap terminasi terjadi ketika ribosom mencapai kodon terminasi, yang menyebabkan pelepasan rantai polipeptida dari ribosom.

D. Peran RNA dalam Sintesis Protein

RNA memainkan peran penting dalam proses sintesis protein. RNA polimerase bertanggung jawab atas transkripsi DNA menjadi RNA, sementara molekul RNA membawa informasi genetik dari inti sel ke ribosom di sitoplasma. Selain itu, tRNA membawa asam amino ke ribosom selama proses translasi, memungkinkan pembentukan rantai polipeptida.

III. Langkah-langkah Sintesis Protein

Sintesis protein adalah proses kompleks yang terdiri dari beberapa langkah penting, dimulai dari transkripsi DNA menjadi RNA di inti sel hingga translasi RNA menjadi rantai polipeptida di ribosom. Dalam bagian ini, kita akan menjelajahi langkah-langkah sintesis protein secara detail, termasuk transkripsi dan translasi, serta bagaimana proses ini terjadi secara koordinat dalam sel.

A. Transkripsi

Transkripsi adalah langkah pertama dalam sintesis protein, di mana informasi genetik yang terdapat dalam DNA disalin menjadi molekul RNA. Proses ini terjadi di inti sel, tempat DNA disimpan. Transkripsi dimulai ketika enzim RNA polimerase mengenali dan berikatan dengan daerah khusus pada DNA yang disebut promoter. Promoter merupakan sekuen nukleotida yang menandai awal gen yang akan ditranskripsi.

Setelah berikatan dengan promoter, RNA polimerase membuka untai DNA dan mulai sintesis RNA. Proses ini melibatkan pembentukan ikatan hidrogen antara nukleotida bebas dengan nukleotida yang komplementer pada untai DNA. RNA polimerase membaca kode genetik pada untai DNA dan menambahkan nukleotida baru ke ujung 3' molekul RNA. Transkripsi terjadi dalam tiga tahap utama: inisiasi, elongasi, dan terminasi.

Tahap inisiasi dimulai ketika RNA polimerase mengenali promoter dan mulai membuka untai DNA. Kemudian, RNA polimerase mulai mensintesis molekul RNA komplementer. Selama tahap elongasi, RNA polimerase meluncur sepanjang untai DNA, membaca kode genetik, dan menambahkan nukleotida baru ke ujung 3' molekul RNA. Terakhir, tahap terminasi terjadi ketika RNA polimerase mencapai sekuen khusus pada DNA yang menyebabkan berhentinya transkripsi dan pelepasan molekul RNA.

B. Translasi

Setelah molekul RNA telah disintesis, molekul tersebut keluar dari inti sel menuju ribosom di sitoplasma, tempat terjadinya translasi. Translasi adalah proses di mana molekul RNA diubah menjadi rantai polipeptida, yaitu rantai panjang asam amino yang membentuk protein.

Proses translasi dimulai ketika ribosom mengenali sekuen khusus pada ujung 5' molekul RNA, yang dikenal sebagai kodon start atau AUG. Ribosom kemudian membentuk kompleks inisiasi dengan tRNA yang membawa asam amino pertama. Selama tahap elongasi, ribosom membaca molekul RNA sepanjang kodon demi kodon dan menambahkan asam amino baru ke ujung C-terminus rantai polipeptida. Proses ini memerlukan kontribusi dari tRNA, yang membawa asam amino ke ribosom sesuai dengan kode genetik yang terdapat pada molekul RNA.

Terakhir, tahap terminasi terjadi ketika ribosom mencapai kodon terminasi, yang menyebabkan pelepasan rantai polipeptida dari ribosom. Rantai polipeptida kemudian melipat menjadi struktur tiga dimensi yang akhirnya membentuk protein fungsional.

C. Koordinasi Antara Transkripsi dan Translasi

Pentingnya koordinasi antara transkripsi dan translasi sangat penting dalam sintesis protein yang efisien. Proses transkripsi harus selesai sebelum translasi dimulai, sehingga molekul RNA dapat bergerak ke ribosom tanpa gangguan. Selain itu, sel harus mengatur jumlah dan jenis protein yang diproduksi sesuai dengan kebutuhan fungsionalnya.

IV. Peran Asam Amino dalam Sintesis Protein

Asam amino adalah unit dasar yang membentuk protein. Mereka merupakan molekul organik yang mengandung gugus amina (-NH2) dan gugus karboksilat (-COOH) yang terikat pada atom karbon pusat. Selain itu, atom karbon pusat ini juga terikat pada gugus R yang merupakan rantai samping yang berbeda untuk setiap asam amino. Dalam sintesis protein, asam amino dimasukkan ke dalam rantai polipeptida melalui ikatan peptida, membentuk struktur protein yang beraneka ragam.

A. Pengertian Asam Amino

Asam amino adalah molekul organik yang mengandung satu gugus amino (-NH2) dan satu gugus karboksilat (-COOH) yang terikat pada atom karbon yang sama, yang juga terikat pada sebuah gugus samping atau rantai samping (R). Struktur kimia asam amino berbeda-beda bergantung pada jenis asam amino tersebut. Secara umum, ada 20 jenis asam amino yang dikenal dalam sintesis protein.

B. Jenis-jenis Asam Amino

Ada dua klasifikasi utama dari asam amino: esensial dan non-esensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia sendiri, sehingga harus diperoleh melalui makanan. Contoh asam amino esensial termasuk lisin, leusin, dan valin. Sementara itu, asam amino non-esensial adalah asam amino yang dapat diproduksi oleh tubuh manusia sendiri, meskipun mereka juga dapat diperoleh melalui konsumsi makanan. Contoh asam amino non-esensial termasuk alanin, glutamin, dan asam aspartat.

Selain itu, asam amino juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat kimianya. Misalnya, asam amino dapat menjadi polar atau nonpolar, bermuatan positif (asam amino basa) atau bermuatan negatif (asam amino asam). Sifat kimia ini memengaruhi interaksi antara asam amino dalam rantai polipeptida dan struktur akhir dari protein yang terbentuk.

C. Peran Asam Amino dalam Membentuk Protein

Peran asam amino dalam sintesis protein sangat penting. Setiap asam amino bergabung dengan asam amino lainnya melalui ikatan peptida, yang terbentuk antara gugus amino satu asam amino dengan gugus karboksilat asam amino lainnya. Proses ini menghasilkan rantai polipeptida, yang kemudian melipat menjadi struktur tiga dimensi yang akhirnya membentuk protein.

Struktur tiga dimensi dari protein sangat penting untuk menentukan fungsi dan aktivitas biologisnya. Rantai samping atau gugus R dari setiap asam amino berinteraksi dengan asam amino lainnya dalam rantai, membentuk interaksi kimia yang kompleks yang menentukan struktur akhir protein. Misalnya, interaksi antara gugus R yang bermuatan dapat membentuk jembatan garam yang memperkuat struktur protein.

V. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sintesis Protein

Sintesis protein adalah proses yang kompleks dan terpengaruh oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan. Dalam bagian ini, kita akan mengeksplorasi faktor-faktor ini dengan detail, serta bagaimana mereka memengaruhi proses sintesis protein dalam tubuh manusia.

A. Faktor Genetik

Faktor genetik memainkan peran kunci dalam mengatur sintesis protein. Setiap individu memiliki sejumlah gen yang mengkode untuk protein tertentu dalam genom mereka. Variasi dalam gen tersebut dapat memengaruhi ekspresi gen dan jumlah protein yang diproduksi. Misalnya, mutasi pada gen tertentu dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan dalam sintesis protein tertentu, yang dapat berkontribusi pada berbagai kondisi genetik dan penyakit.

Selain itu, polimorfisme genetik, variasi alami dalam urutan nukleotida pada gen tertentu antara individu, juga dapat memengaruhi sintesis protein. Polimorfisme genetik telah dikaitkan dengan perbedaan dalam respons tubuh terhadap nutrisi, obat-obatan, dan lingkungan, yang semuanya dapat memengaruhi sintesis protein dan kesehatan secara keseluruhan.

Studi tentang hubungan antara polimorfisme genetik dan sintesis protein telah menjadi fokus penelitian dalam bidang genetika dan biologi molekuler. Penemuan-penemuan ini membantu kita memahami bagaimana variasi genetik dapat memengaruhi kesehatan dan respons tubuh terhadap lingkungan.

B. Nutrisi

Nutrisi memainkan peran penting dalam mengatur sintesis protein. Asupan nutrisi yang mencukupi, terutama protein, merupakan prasyarat untuk sintesis protein yang efisien. Protein yang dikonsumsi dalam makanan dipecah menjadi asam amino di dalam usus dan diserap ke dalam darah untuk digunakan dalam sintesis protein tubuh.

Selain itu, asupan nutrisi lainnya juga memengaruhi sintesis protein. Misalnya, vitamin dan mineral tertentu, seperti vitamin B dan zinc, berperan dalam regulasi enzim yang terlibat dalam proses sintesis protein. Defisiensi nutrisi dapat mengganggu sintesis protein dan berkontribusi pada berbagai gangguan kesehatan, seperti gagal tumbuh pada anak-anak atau penurunan massa otot pada orang dewasa.

Studi tentang hubungan antara nutrisi dan sintesis protein telah menjadi subjek penelitian yang luas dalam bidang gizi dan metabolomik. Penemuan-penemuan ini membantu mengarahkan rekomendasi gizi yang tepat untuk memastikan sintesis protein yang optimal dan kesehatan yang baik.


C. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan, seperti stres, paparan zat toksik, dan kondisi lingkungan yang ekstrim, juga dapat memengaruhi sintesis protein. Stres, baik fisik maupun emosional, dapat memicu pelepasan hormon stres, seperti kortisol, yang dapat mengganggu proses sintesis protein. Paparan zat toksik, seperti polutan udara atau logam berat, juga dapat merusak sel-sel tubuh dan mengganggu sintesis protein.

Selain itu, kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti suhu yang ekstrim atau ketinggian, juga dapat memengaruhi sintesis protein. Sel-sel tubuh harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah untuk mempertahankan homeostasis dan fungsi normal. Ketika terjadi kondisi lingkungan yang ekstrim, sintesis protein dapat menjadi terganggu, yang dapat mengganggu keseimbangan fisiologis tubuh.

Penelitian tentang hubungan antara faktor lingkungan dan sintesis protein telah menjadi fokus dalam bidang biologi lingkungan dan toksikologi. Penemuan-penemuan ini membantu kita memahami bagaimana paparan lingkungan dapat memengaruhi kesehatan dan respons tubuh terhadap lingkungan yang berubah.

VI. Signifikansi Sintesis Protein dalam Kesehatan

Sintesis protein memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan tubuh manusia. Protein merupakan salah satu makronutrien yang esensial untuk fungsi normal tubuh, dan sintesis protein yang optimal diperlukan untuk memastikan berbagai proses biologis berjalan dengan baik. Dalam bagian ini, kita akan mengeksplorasi signifikansi sintesis protein dalam kesehatan tubuh, termasuk perannya dalam pembentukan dan pemeliharaan jaringan, metabolisme, dan keseimbangan fisiologis secara keseluruhan.

A. Peran Protein dalam Pembentukan dan Pemeliharaan Jaringan

Protein merupakan komponen utama dari jaringan tubuh, termasuk otot, kulit, rambut, dan organ-organ lainnya. Sintesis protein yang cukup diperlukan untuk memperbaiki jaringan yang rusak akibat cedera atau penyakit, serta untuk membangun jaringan baru selama pertumbuhan dan perkembangan. Protein juga membantu menjaga integritas struktural jaringan tubuh, menjaga kekuatan dan elastisitasnya.

Selain itu, protein juga berperan penting dalam pembentukan kolagen, sebuah protein struktural yang menyusun jaringan ikat. Kolagen ditemukan dalam tulang, tulang rawan, kulit, dan pembuluh darah, dan merupakan komponen utama dalam memelihara kekuatan dan fleksibilitas jaringan ikat. Sintesis protein yang optimal dibutuhkan untuk memastikan produksi kolagen yang cukup, yang mendukung kesehatan dan kekuatan jaringan tubuh.


B. Kaitan Sintesis Protein dengan Metabolisme

Protein juga memainkan peran penting dalam metabolisme tubuh. Sebagai sumber energi, protein dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh saat asupan karbohidrat dan lemak tidak mencukupi. Namun, fungsi utama protein dalam metabolisme adalah sebagai bahan baku untuk sintesis protein yang diperlukan untuk berbagai proses biologis, termasuk pembentukan enzim, hormon, dan struktur sel.

Selain itu, sintesis protein juga memengaruhi metabolisme protein secara keseluruhan. Keseimbangan antara sintesis protein dan degradasi protein penting untuk memastikan fungsi normal tubuh. Gangguan dalam proses ini dapat mengakibatkan masalah kesehatan seperti atrofi otot, kelebihan berat badan, atau kekurangan protein dalam jaringan tertentu.

C. Dampak Kekurangan atau Gangguan Sintesis Protein pada Tubuh

Kekurangan atau gangguan dalam sintesis protein dapat memiliki dampak serius pada kesehatan tubuh. Kekurangan protein dalam diet dapat mengakibatkan masalah gizi seperti kurangnya pertumbuhan pada anak-anak, kelemahan otot, dan gangguan fungsi kekebalan tubuh. Selain itu, kondisi medis seperti gagal ginjal, penyakit hati, atau penyakit genetik tertentu juga dapat menyebabkan gangguan dalam sintesis protein, yang dapat memengaruhi fungsi tubuh secara keseluruhan.

Gangguan dalam sintesis protein juga dapat berkontribusi pada berbagai kondisi medis, termasuk gangguan neurologis, gangguan imun, dan masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan. Penelitian terus dilakukan untuk memahami hubungan antara gangguan sintesis protein dan berbagai kondisi kesehatan, serta untuk mengembangkan strategi intervensi yang tepat.

VII. Strategi Meningkatkan Sintesis Protein

Memastikan sintesis protein yang optimal dalam tubuh sangat penting untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan. Untuk meningkatkan sintesis protein, ada beberapa strategi yang dapat diimplementasikan, termasuk memperhatikan asupan makanan, melakukan aktivitas fisik teratur, dan menjaga pola hidup yang seimbang. Dalam bagian ini, kita akan menjelajahi strategi-strategi ini dengan detail, serta bagaimana mereka dapat membantu meningkatkan sintesis protein dan meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

A. Konsumsi Makanan Kaya Protein

Asupan makanan yang kaya protein merupakan kunci utama untuk meningkatkan sintesis protein dalam tubuh. Protein adalah bahan baku utama untuk sintesis protein, dan konsumsi protein yang mencukupi sangat penting untuk memastikan tubuh memiliki asam amino yang cukup untuk membangun dan memperbaiki jaringan, serta menjaga fungsi fisiologis yang optimal.

Makanan yang kaya protein meliputi daging, ikan, telur, produk susu, kacang-kacangan, dan produk kedelai. Memasukkan berbagai sumber protein ini dalam diet sehari-hari dapat membantu memastikan asupan protein yang mencukupi untuk mendukung sintesis protein yang optimal.

Selain itu, memilih sumber protein berkualitas tinggi, seperti daging tanpa lemak, ikan, dan produk susu rendah lemak, juga penting untuk mendapatkan asam amino esensial yang diperlukan untuk sintesis protein yang efisien. Studi telah menunjukkan bahwa konsumsi protein berkualitas tinggi dapat meningkatkan sintesis protein lebih efektif daripada konsumsi protein rendah kualitas.

B. Olahraga Teratur

Aktivitas fisik teratur juga dapat membantu meningkatkan sintesis protein dalam tubuh. Latihan beban, seperti angkat beban atau latihan resistensi, telah terbukti merangsang sintesis protein otot, meningkatkan pertumbuhan dan pemeliharaan massa otot. Selain itu, latihan aerobik, seperti lari atau bersepeda, juga dapat meningkatkan sintesis protein otot, meskipun tidak seefektif latihan beban.

Latihan fisik merangsang sintesis protein otot dengan meningkatkan aliran darah ke otot dan meningkatkan sensitivitas insulin, yang membantu mengirimkan asam amino ke otot untuk digunakan dalam sintesis protein. Selain itu, latihan fisik juga dapat meningkatkan respons hormon pertumbuhan dan faktor pertumbuhan otot, yang merangsang pertumbuhan dan perbaikan jaringan otot.

Penting untuk dicatat bahwa intensitas, durasi, dan jenis latihan fisik dapat memengaruhi respons sintesis protein tubuh. Latihan beban yang lebih intens dan durasi yang lebih lama cenderung menghasilkan respons sintesis protein yang lebih besar daripada latihan aerobik yang ringan. Oleh karena itu, penting untuk mencari keseimbangan antara jenis latihan fisik yang berbeda untuk mendukung sintesis protein yang optimal.

C. Istirahat yang Cukup

Istirahat yang cukup juga penting untuk meningkatkan sintesis protein dalam tubuh. Selama istirahat, tubuh memiliki kesempatan untuk memulihkan diri dan memperbaiki jaringan yang rusak. Selain itu, istirahat yang cukup juga dapat membantu mengurangi stres, yang dapat memengaruhi sintesis protein dengan mengganggu keseimbangan hormon dan proses metabolisme.

Tidur yang berkualitas juga penting untuk meningkatkan sintesis protein. Selama tidur, tubuh melepaskan hormon pertumbuhan yang merangsang sintesis protein otot dan pemulihan otot. Kekurangan tidur dapat mengganggu produksi hormon pertumbuhan dan memengaruhi sintesis protein secara negatif, sehingga mengganggu proses pemulihan dan pertumbuhan otot.

Dengan memperhatikan asupan makanan, melakukan aktivitas fisik teratur, dan menjaga pola hidup yang seimbang, kita dapat meningkatkan sintesis protein dalam tubuh dan mendukung kesehatan yang baik secara keseluruhan.

VIII. Kesimpulan

Pemahaman tentang sintesis protein merupakan hal yang vital dalam ilmu biologi dan kesehatan manusia. Proses ini tidak hanya penting untuk pemahaman dasar tentang kehidupan, tetapi juga memiliki implikasi yang besar dalam pengembangan terapi penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan peningkatan kinerja dalam berbagai bidang, termasuk olahraga dan pertanian.

Melalui kemajuan teknologi dalam bidang biologi molekuler dan analisis protein, para ilmuwan telah mengungkapkan kompleksitas proses sintesis protein dengan tingkat resolusi yang semakin tinggi. Teknologi seperti sekuen DNA dan RNA, proteomik, genomik fungsional, dan pemodelan molekuler telah memberikan wawasan yang mendalam tentang berbagai aspek sintesis protein, mulai dari regulasi genetik hingga struktur dan fungsi protein individu.

Dalam konteks kesehatan, pemahaman yang lebih baik tentang sintesis protein telah memungkinkan pengembangan terapi yang lebih efektif untuk berbagai penyakit, termasuk penyakit genetik, kanker, dan penyakit degeneratif. Penelitian terus dilakukan untuk mengidentifikasi target potensial untuk terapi yang ditargetkan dan untuk mengembangkan obat-obatan yang lebih efektif.

Selain itu, peningkatan pemahaman tentang sintesis protein juga memiliki dampak yang signifikan dalam bidang pertanian dan pangan. Dengan memahami jalur-jalur sintesis protein dalam tanaman dan hewan ternak, para ilmuwan dapat mengembangkan varietas yang lebih produktif dan tahan terhadap stres lingkungan atau patogenik, yang dapat membantu memenuhi kebutuhan pangan dunia yang terus meningkat.

Referensi

Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., & Walter, P. (2002). Molecular Biology of the Cell. Garland Science

Berg, J. M., Tymoczko, J. L., & Stryer, L. (2002). Biochemistry. W. H. Freeman.

Biolo, G., Maggi, S. P., Williams, B. D., Tipton, K. D., & Wolfe, R. R. (1995). Increased rates of muscle protein turnover and amino acid transport after resistance exercise in humans. American Journal of Physiology-Endocrinology And Metabolism, 268(3), E514-E520.

Campbell, M. K., Farrell, S. O., & Biochemistry, C. (2005). Biochemistry. Thomson Brooks/Cole.

Lodish, H., Berk, A., & Kaiser, C. A. (2008). Molecular Cell Biology. W. H. Freeman and Company.

Lodish, H., Berk, A., & Zipursky, S. L. (2000). Molecular Cell Biology. W. H. Freeman and Company.

Moore, D. R., Robinson, M. J., Fry, J. L., Tang, J. E., Glover, E. I., Wilkinson, S. B., ... & Phillips, S. M. (2009). Ingested protein dose response of muscle and albumin protein synthesis after resistance exercise in young men. The American journal of clinical nutrition, 89(1), 161-168.

Nelson, D. L., & Cox, M. M. (2008). Lehninger Principles of Biochemistry. W. H. Freeman and Company.

Phillips, S. M., & Van Loon, L. J. (2011). Dietary protein for athletes: from requirements to optimum adaptation. Journal of sports sciences, 29(sup1), S29-S38.

Tipton, K. D., & Witard, O. C. (2007). Protein requirements and recommendations for athletes: relevance of ivory tower arguments for practical recommendations. Clinical Sports Medicine, 26(1), 17-36.

Voet, D., Voet, J. G., & Pratt, C. W. (2016). Fundamentals of Biochemistry: Life at the Molecular Level. John Wiley & Sons.

Sitasi Artikel

Thinks Physics. 2024. Cara Sintesis Protein dan Pentingnya Bagi Tubuh. Halaman website (copy halaman website). Diakses pada tanggal (tanggal akses Anda).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama